Perkembangan ekonomi provinsi sumatra selatan, (Sumsel) sempat mengalami resesi akibat dampak pandemi Covid-19. Ekonomi di provinsi ini kembali bangkit pada kuartal II 2021 sebesar 5,71% dan tumbuh melambat menjadi 3,93% pada kuarta III 2021 (year-on-year/yoy).
Secara rinci, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Sumsel jika di ukur menurut besaran produk domestik regional bruto (PDRB). Atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp 126,99 triliun pada kuartal III-2021. Sementara menurut besaran PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2021, perekonomian Sumsel tumbuh 3,93% menjadi Rp 83,81 triliun pada kuartal III-2021 di bandingkan dengan kuartal III-2020 (year on year/yoy).
PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH
Perkembangan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2022 berlanjut seiring akselerasi vaksinasi di tengah penyebaran varian Omicron dengan realisasi sebesar 5,15% (yoy). Pertumbuhan pada triwulan I 2022 terpantau berbeda dari pola historisnya yang cenderung tumbuh melambat di awal tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perekonomian Sumatera Selatan masih tumbuh menguat dan tercatat lebih baik dari pertumbuhan ekonomi nasional dan regional. Sumatera yang masing-masing sebesar 5,01% (yoy) dan 4,03% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, pada triwulan I 2022 perbaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di topang oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga dan PMTB/Investasi serta masih tumbuh positifnya kinerja ekspor luar negeri seiring perbaikan permintaan dari negara mitra dagang dan perbaikan harga komoditas internasional. Sementara, dari sisi Lapangan Usaha (LU), membaiknya ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2022 terutama di topang oleh pertumbuhan kinerja LU pertanian, kehutanan dan perikanan serta LU perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor.
PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan I 2022 realisasi pendapatan dan belanja pemerintah daerah mengalami penurunan di bandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan pemerintah (APBD dan APBN) di Sumatera Selatan pada triwulan I 2022 sebesar 14,23% dari target atau senilai Rp7,84 triliun, lebih rendah di bandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar 18,24% dari target atau Rp9,89 triliun. Realisasi belanja pemerintah (APBD dan APBN) di Sumatera Selatan pada triwulan I 2022 telah mencapai Rp9,04 triliun atau 11,03% dari pagu, lebih rendah di bandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar 14,44% dari pagu atau senilai Rp12,52 triliun.
Sementara itu, realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) pada triwulan I 2022 sebesar 20,23% dari total pagu atau senilai Rp5,45 triliun, menurun di bandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 22,00% dari pagu atau senilai Rp6,56 triliun. Selanjutnya, dalam rangka mendukung percepatan digitalisasi dan peningkatan akuntabilitas transaksi pemerintah daerah, Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan 17 (tujuh belas) kabupaten/kota terkait dengan elektronifikasi transaksi pemda.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2022 tercatat sebesar 2,96% (yoy), meningkat di bandingkan triwulan IV 2021 yang tercatat sebesar 1,83% (yoy). Realisasi tersebut lebih tinggi di bandingkan triwulan I 2021 yang sebesar 1,11% (yoy) maupun rata-rata 3 tahun terakhir yang tercatat sebesar 1,97% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan I 2022 di pengaruhi kebijakan pemerintah serta meningkatnya mobilitas masyarakat di tengah terkendalinya pandemi COVID-19.
Inflasi pada periode laporan terutama bersumber dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Komoditas penyumbang inflasi pada triwulan laporan adalah minyak goreng, sewa rumah, dan bahan bakar rumah tangga. Inflasi pada triwulan II 2022 di perkirakan akan lebih tinggi di bandingkan dengan triwulan sebelumnya namun masih berada di bawah kisaran sasaran inflasi nasional 3,0±1,0%.
Faktor pendorong inflasi adalah meningkatnya harga kelompok bahan makanan seiring mulai pulihnya permintaan masyarakat dan penyedia jasa makan minum. Serta memasuki bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri. Kegiatan pengendalian inflasi daerah akan terus di lanjutkan untuk menjaga stabilitas harga dengan tetap berpedoman pada strategi Pengendalian Inflasi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif).
PEMBIAYAAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
Pembiayaan daerah Provinsi Sumatera Selatan mengalami pertumbuhan pada triwulan I 2022 di dorong oleh peningkatan pembiayaan pada sektor rumah tangga. Di tengah melambatnya pembiayaan pada sektor korporasi. Sejalan dengan itu, penyaluran kredit perbankan di Provinsi Sumatera Selatan juga masih melanjutkan pertumbuhan yang positif meskipun sedikit melambat di bandingkan triwulan IV 2021.
Pertumbuhan yang positif terhadap stabilitas keuangan Sumatera Selatan juga tercermin dalam penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan nominal. Aset perbankan yang meningkat pada triwulan berjalan. Sementara itu, ketahanan sektor rumah tangga dan sektor korporasi masih cukup terjaga dengan kondisi non performing loan (NPL) yang masih berada dalam batas aman.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai dan tunai di Sumatera Selatan berjalan lancar dan aman. Meskipun sedikit melemah sejalan dengan pola historisnya. Transaksi melalui RTGS dan SKNBI pada triwulan I 2022 tumbuh lebih rendah baik secara nominal maupun volume transaksi yang di sebabkan mulai ternormalisasinya sistem pembayaran non tunai setelah terkontraksi pada 2 tahun terakhir.
Transaksi non tunai masyarakat Sumatera Selatan dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) baik kartu kredit maupun ATM/Debit menunjukkan perbaikan di bandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan meningkatnya konsumsi Rumah Tangga pada triwulan laporan. Sementara itu, transaksi uang kartal tercatat net inflow sejalan dengan pola historis pada triwulan laporan pasca HBKN Natal dan Tahun Baru. Penyerapan bantuan sosial non tunai Program Keluarga Harapan (PKH). Juga tercatat sedikit sejalan dengan program Graduasi KPM PKH untuk KPM yang telah mampu.
Pada triwulan I 2022, transaksi e-commerce meningkat baik dari sisi nominal maupun volume sejalan dengan meningkatnya kebiasaan masyarakat yang menjadikan e-commerce sebagai alternatif dalam bertransaksi. Sejalan dengan hal tersebut. Jual beli Uang Kertas Asing (UKA) di Kegiatan Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB). Berizin di Sumatera Selatan tumbuh signifikan sejalan dengan telah di bukanya perjalanan Umroh dan perjalanan Luar Negeri.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH
Pada triwulan I 2021 kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Selatan dan kesejahteraan petani menunjukkan perbaikan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada bulan Februari 2021 meningkat menjadi 69,95%. Di bandingkan bulan Februari 2020 yang mengindikasikan meningkatnya potensi perbaikan ekonomi. Sementara itu, setelah mengalami kenaikan dari Februari 2020 ke Agustus 2020 karena pandemi. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2021 kembali menurun namun belum kembali ke level sebelum pandemi COVID-19.
Masih terbatasnya perbaikan kondisi ketenagakerjaan bersumber dari masih belum membaiknya tingkat pengangguran di daerah perkotaan. Sementara itu, kondisi kesejahteraan petani menunjukkan perbaikan yang tercermin pada peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan I 2021 di bandingkan triwulan IV 2020. Hasil Survei Konsumen (SK) yang di lakukan Bank Indonesia. Menyatakan bahwa masyarakat Sumatera Selatan optimis penghasilan mereka ke depan akan relatif lebih baik seiring dengan meredanya penyebaran pandemi COVID-19.
PROSPEK PEREKONOMIAN
Mempertimbangkan kondisi perekonomian global dan nasional serta berbagai indikator dini. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada keseluruhan tahun 2022 di perkirakan lebih tinggi di bandingkan dengan tahun 2021. Perbaikan aktivitas perekonomian global dan domestik mendorong peningkatan kinerja perekonomian Sumatera Selatan baik dari sisi permintaan maupun lapangan usaha.
Percepatan dan perluasan program vaksinasi juga menumbuhkan optimisme para pelaku usaha dan mendorong kinerja di beberapa sektor. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada tahun 2022 di proyeksikan tumbuh pada kisaran 4,18% – 5,78% (yoy). Yang di dukung oleh perbaikan pada hampir seluruh komponen terutama konsumsi dan investasi. Serta membaiknya kinerja lapangan usaha (LU) antara lain LU pertambangan dan penggalian. LU industri pengolahan, LU pertanian, kehutanan dan perikanan, serta LU perdagangan besar dan eceran.
Sementara itu, perkembangan inflasi di tahun 2022 juga di perkirakan akan meningkat di bandingkan tahun 2021. Namun tetap berada di dalam kisaran target inflasi nasional. Perbaikan perekonomian akan meningkatkan daya beli masyarakat seiring dengan peningkatan pendapatan sebagai dampak peningkatan aktivitas ekonomi. Inflasi 2022 di perkirakan meningkat pada seluruh kelompok yakni volatile food, administered price, dan core inflation.
Baik, itulah ringkasan tentang perkembangan ekonomi provinsi di sumatra selatan yang perlu kalia ketahui.